Model-Model Kerukunan Umat Beragama berbasis Local Wisdom
Potret Harmonisasi Kebhinnekaan di Nusa Tenggara Timur
DOI:
https://doi.org/10.32332/tapis.v1i01.728Keywords:
Kerukunan, Umat Beragama, Local Wisdom, NTTAbstract
Provinsi NTT didiami oleh sejumlah suku dengan budaya, agama, ras dan golongan yang berbeda. Perbedaan tersebut telah dapat bernilai positif bagi pengembangan masyarakat setempat namun juga mengandung nilai negatif. Kemajemukan tersebut merupakan suatu tantangan yang sangat besar bagi pemerintah dalam mempertahankan kondisi suatu daerah agar tetap aman dan tidak terjadi konflik yang sangat merugikan banyak pihak. Dari kasus-kasus konflik yang terjadi, ternyata agama dan etnis bukanlah penyebab dasar terjadinya konflik antara kelompok. Konflik terjadi disebabkan oleh kurangnya ruang interaksi sosial dan keagamaan yang berbeda etnis/agama, kehadiran warga pendatang yang tidak memahami situasi setempat, dan menurunnya nilai-nilai kebersamaan. Secara umum hubungan antar umat beragama di NTT masih dalam kondisi terkendali dan stabil. Potensi integrasi berupa kekuatan khazanah budaya lokal, kekerabatan, semangat komunalitas, dan adanya tetua adat jauh lebih dominan dari pada potensi konflik.
References
Anthony Giddens. Sociology. Cambridge: Polity Press, 1993.
AP. Budiyono. Membina Kerukunan Hidup Antar Umat Beriman. Yogyakarta: Kanisius, 1983.
Ayatrohaedi. Keperibadian Budaya Bangsa. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1986.
Azyumardi Azra. Konteks Berteologi Di Indonesia: Pengalaman Islam. Jakarta: Paramadina, 1999.
Chatib Thoha. Membiarkan Berbeda: Kerukunan Hidup Beragama Dalam Perspektif Keindonesiaan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004.
Cunningham. Catagories of Descent in a Timor Village. New York: Orbis Book, 1966.
Eka Darmaputera. Toleransi: Kerukunan Pembangunan. Jakarta: Badan Penerbit Kristen, 1971.
Eka Hendry Ar. Sosiologi Konflik: Telaah Teoritis Seputar Konflik Dan Perdamaian. Pontianak: STAIN Pontianak Press, 2009.
Encon Darsono Wikatma. Agama Dan Kerukunan Penganutnya. Bandung: Alma Arif, 1980.
FredWibowo. Kebudayaan Menggugat: Menuntut Perubahan Atas Sikap, Perilaku, Serta Sistem Yang Tidak Berkebudayaan. Yogyakarta: Pinus Book Publisher, 2007.
Haidar Nasher. Agama Dan Krisis Kemanusiaan Modern. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1997.
J.J. Fox. Memoriesof Ride Poles and Cross Beams: The Catagorical Foundation of a Rotinese Cultural Design. Camberra: Depertement of Antropology, RSPAS, ANU, 1994.
Koentjaraningrat. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta, 1990.
Maulana Wahiduddin Khan. The Ideology of Peace. New Delhi: Goodword Books, 2010.
Mohammad Takdir Ilahi. Nasionalisme Dalam Bingkai Pluralitas Bangsa: Paradigma Pembangunan Dan Kemandirian Bangsa. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2012.
Ngainum Naim. Teologi Kerukunan: Mencari Titik Temu Dalam Keragaman. Yogyakarta: Teras, 2011.
Peter C. Phan. Mission and Catechesis: Alexander de Rhodes and Inculturation in Seventeenth Century Village. New York: Orbis Book, 1998.
Philipus Tule. Agama-Agama Kerabat Dalam Semesta. Ende: Nusa Indah, 1994.
βββ. Longing for the House of God, Dwelling in the House of theAncenstors: Local Belief, Christianity and Islam Among the Keo of Central Flores. Switzerland: Academic Press, 2004.
Philipus Tule, and Maria Maltildis Banda. Pengembangan Kerukunan Umat Beragama Di NTT. Maumere: Ledarero, 2007.
Tarmizi Taher. Menjadi Muslim Moderat: Beragama Di Tengah Peradaban Global. Jakarta: Hikmah, 2004.
Tim Penyusun. Sejarah Depertemen Agama RI: Refleksi 50 Tahun Kiprah Depertemen Agama. Jakarta: Penelitian dan Pengembangan Depertemen Agama RI, 1994.
Zakaria Beni Makin. Masalah Adat Di Suatu Paroki NTT. Yogyakarta: Pusat Pastoral, 1982.