ZIARAH DAN CITA RASA ISLAM NUSANTARA
WISATA RELIGIUS DALAM BINGKAI KEARIFAN LOKAL (LOCAL WISDOM)
Keywords:
Ziarah, Islam, Kearifan Lokal, tradisi, Pilgrimage, tradition, Local WisdomAbstract
Tulisan ini membahas tentang dinamika kearifan lokal dalam tradisi Islam yang menjadi cita rasa Islam Nusantara sampai sekarang. Salah satu tradisi dan kearifan lokal yang bernafaskan Islam adalah ziarah spiritual ke makam para wali yang dianggap memiliki karomah atau kesaktian selama menjalankan misi dan dakwah Islam di bumi Nusantara. Ziarah spiritual dalam tradisi Islam merupakan salah satu ciri khas dari kearifan lokal yang berkembang di Indonesia dengan segala kemajemukan yang mewarnai dinamika kehidupan masyarakat. Ziarah dalam tradisi Islam merupakan salah satu perjalanan spiritual (the advanture of spirituality) untuk memetik sumber barakah dari orang-orang suci yang selama hidupnya selalu dekat dengan Allah. Dengan berkunjung ke makam para wali, peziarah seolah diajak untuk menyelami hikmah-hikmah kehidupan yang sejalan dengan tuntunan Nabi Muhammad untuk selalu ingat dengan sang pencipta dan berusaha memperbaiki perilaku dalam kehidupan sehari-hari. Semangat untuk memperkuat dan mempertebal keimanan adalah tujuan utama yang hendak diperoleh oleh peziarah sehingga petualangan spiritual atau wisata religius ini bisa menjadi sarana untuk memperkuat ikatan persaudaraan antara sesama muslim yang berasal dari berbagai daerah. Dalam konteks Indonesia, tradisi ziarah bukanlah sesuatu yang tabu dilakukan, melainkan sudah mengakar kuat dalam kehidupan masyarakat, terutama kalangan yang berasal dari NU. Meskipun banyak pihak yang tidak suka dengan tradisi ziarah, namun praktik ritual keagamaan ini tetap menjadi sarana bagi umat Islam untuk mengolah batin dan jiwa mereka agar selalu mengingat akan kematian yang menjadi rahasia Allah. Dalam praktiknya, tradisi ziarah memang mendapat banyak tanggapan negatif karena dianggap lebih dekat dengan takhayyul, khurafat, dan kesyikiran. Namun, ziarah sebagai bagian dari tradisi masyarakat muslim bukanlah dimaksudkan untuk meminta sesuatu kepada kuburan, justru sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan mengingkat akan kematian dan mendoakan orang-orang suci yang sudah meninggal dunia. Apalagi, tradisi ini mempunyai tradisi yang berakar panjang dalam sejarah perkembangan agama Islam, baik di Timur Tengah atau pun di Indonesia sendiri.
This paper discusses about the dynamics of local wisdom in Indonesian Islamic tradition. One of the traditions and local wisdom in Indonesia is a spiritual pilgrimage to the tombs of the saints who has “karomah”. Spiritual pilgrimage in the Islamic tradition is one of the characteristics of the local wisdom that developed in Indonesia with all diversity and religiosity. Pilgrimage in the Islamic tradition is one of spiritual journey to direct connection with the God. One of destination for muslim people to visit the tombs of saints are to explore some wisdom of life which suistanable with guidance of the prophet Muhammad to always remember the creator and effort to reform our behavior in everyday life. The main purpose from pilgrims is to reinforce of the faith so that spiritual journey or religious tourism can be a means to strengthen the bonds of brotherhood among muslim from diffrent regions.In the context of Indonesia, the pilgrimage tradition is always become activity for muslim people to improve their belief to the God, especially who come from NU. Although many people who dos’nt like pilgrimage tradition, but this religious practical is still become instrument to cultivate the mind and spirit to always remember of the death who become the secret of God. In practice, pilgrimage tradition getting negative respones because its closer to polytheism. However, the pilgrimage as part of the tradition of the muslim community is not intended to ask something to the grave, but as instrument to direct connection with Allah. Morever, this tradition has a long history was rooted in the developing of Islam, whether in the middle east or even in Indonesia.
Downloads
References
Azra, Azyumardi, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII dan XVIII, (Bandung: Mizan, 1994).
Berger, Peter L., Kabar Angin dari Langit: Makna Teologi dalam Masyarakat Modern, (Jakarta: LP3ES, 1991).
Chambert-Lorl, Henri dan Claude Guillot, Ziarah dan Wali dalam Dunia Islam, terj. Jean Couteu dkk, (Jakarta: Serambi, 2007).
Hogan, Frances, Suffering The Unwanted Blessing: Ziarah Batin di Belantara Penderitaan, terj. Petrus Salu, (Yogyakarta: Kanisius, 2002).
Hume, Basil, To Be A Pilgrime: A Spiritual Notebook, (Middlegreen Slough: St Paul Publication, 1984).
Jakfar, Subhani, Tawassul, Tabarruk, Ziarah Kubur, dan Karamah Wali: Kritik atas Paham Wahabi, (Jakarta: Pustaka Hidayah, 1989).
Karim, Abdul, Islam Nusantara, (Yogyakarta: Pustaka Book Publisher, 2007).
Kleden, Paul Budi, Pembelajaran Solidaritas Lewat Ziarah, dalam Basis, No. 09-10 Volume. 56, September-Oktober 2007.
Prakoso, Heru, Jiwa yang Gelisah: Pengenangan dan Permenungan, dalam Basis, Nomor 09-10, Tahun ke-56, September-Oktober 2007.
Rountree, Kathryn, Journeys to the Goddess: Pilgrimage and Tourism in the New Age dalam William H. Swatos, Jr.(Ed.), Religion and the Social Order: An Official Publication of the Association for the Sociology of Religion, (Leiden: E.J. Brill, 2006).
Sukidi, New Age: Wisata Religius Lintas Agama, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2001).
Sunyoto, Agus, Wali Songo: Rekonstruksi Sejarah yang Tersingkirkan, Jakarta: Transpustaka, 2011.
Sunyoto, Agus, Ziarah dalam Sufisme Jawa, dalam Basis, Nomor 09-10, Tahun ke-56, September-Oktober 2007.
Syam, Nur, Islam Pesisir, (Yogyakarta: LKIS, 2005).
Timothy, Dallen J. and Thomas Iverson, Tourism and Islam, Considerations of Culture and Duty, dalam Olsen & Timothy, Tourism, Religion and Spiritual Journeys, (New York: Routledge, 2006).
Tule, Philipus, Agama-Agama Kerabat dalam Semesta, (Ende: Nusa Indah, 1994).
Woodward, Mark. R., Islam Jawa: Kesalehan Normatif Versus Kebatinan, terj. Hairussalim HS, (Yogyakarta: LKIS, 1999).