REVITALISASI KEPEMIMPINAN PROFETIK
Keywords:
Kepemimpinan profetik, peradaban iqra, dilektika agama, Prophetic leadership, iqra civilization, religion dialecticAbstract
Kepemimpinan profetik pada peradaban modern ini, masih menjadi sesuatu yang urgen dan signifikan untuk dikaji dan kemudian diaplikasikan kembali. Keberhasilan Nabi Muhammad saw. dalam membangun peradaban dan transformasi sosial di semenanjung Arabia menjadi sebuah kegemilangan luar biasa, tidak hanya di mata kalangan orang-orang Islam, namun juga di mata kalangan orang-orang non muslim. Dalam artikel ini, penulis melihat setidaknya ada dua hal besar yang dilakukan oleh Rasul dalam membangun peradaban, yaitu peradaban iqra yang dimulai sejak wahyu pertama turun, dan dialektika agama yang dilakukan sejak di Madinah yang termaktub dalam Piagam Madinah. Selanjutnya, kedudukan manusia sebagai khalifah secara nilai sudah saatnya kembali menghayati dua aspek yang dibangun oleh Rasul 14 abad yang lalu. Sehingga tercipta khalifah atau wakil Tuhan yang bebas dari taklid buta dan mistik, serta mampu menghadapi realitas perubahan sosial dengan menciptakan peradaban dialogis dan dialektis.
Prophetic leadership in modern civilization, is still something urgent and significant to be studied and than to be contextualized. Prophet Muhammad’s success in building civilization and social transformation in the Arabian Peninsula into an extraordinary glories, not only in the eyes of the muslims, but also in the eyes of the non-muslims. In this article, the writer saw at least two of the great things done by the apostle in building a civilization namely that iqra civilization first which started since the very first revelation, and religious dialectic which was rooted in Charter of Medina. Furthermore, the position of caliph in humans as it was time to re-live the values of the two aspects introduced by the apostle 14 centuries ago. So as to create caliphs or representatives of God that are free from blind obedience and mystique, and able to face the reality of social change by creating a communicative and dialectical culture.
Downloads
References
al-Farran, Ahmad bin Mustafa, Tafsir al-Imam al-Syafi’i, Riyadh, Dar Tadmuriyyah, 2006.
al-Jabiri, Muhammad ‘Abid, Fahm al-Qur’an al-Karim: al-Tafsir al-Wadih Hasb Tartib al-Nuzul, Beirut: Markaz Dirasat al-Wahdah al-‘Arabiyah, 2009.
al-Razi, Fakhr al-Din, Mafatih al-Gaib, Lebanon: Dar al-Fikr, 1981.
Amin, M. Masyhur, dan Ismail S. Ahmad, Dialog Pemikiran Islam dan Realitas Empirik, Yogyakarta: LKPSM NU DIY, 1993.
Azzam, Abd. Al-Rahman, The Life of the Prophet Muhammad, London: The Islamic Foundation, 1999.
Haekal, Muhammad Husain, Sejarah Hidup Muhammad. Terj. Ali Audah. Jakarta: PT Pustaka Litera AntarNusa. 2007.
Hamka, Kedudukan Perempuan Dalam Islam, Jakarta: Pustaka Panji Mas, 1996. Human Rights Watch, Atas Nama Agama: Pelanggaran Terhadap Minoritas Agama di Indonesia, Amerika: ttp, 2013.
Khan, Hazrat Inayat, Kesatuan Ideal Agama-Agama. terj. Yulian Aris Fauzi. Yogyakarta: Putra Langit. 2003.
Kimball, Charles, When Religion Becomes Evil: Five Warning Signs, Amerika Serikat: HarperCollins e-books, 2008.
Kung, Hans, Past, Present and Future,Translated by John Bowden, England: Oneword Oxford, 2007.
Kurzman, Charles, Wacana Islam Liberal: Pemikiran Islam Kontemporer tentang Isu-Isu Global, Jakarta: Paramadina, 2001.
Misrawi, Zuhairi, al-Qur’an Kitab Toleransi: Inklusifisme, Pluralisme dan Multikulturalisme, Jakarta Selatan: Penerbit Fitrah. 2007.
Oxford University, Oxford Learner’s Pocket Dictionary, New York: Oxford University Press, 2003.
Qardhawi, Yusuf, Berinteraksi dengan Alquran, terj. Abdul Hayyie al- Kattani, Jakarta: Gema Insani Press, 1999.
Ridha, Muhammad Rashid Tafsir al-Manar, Kairo: Dar al-Manar, 1947.
Shihab, M. Quraish, Membumikan al-Qur’an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat, Bandung: Mizan, 1996.
-------, Wawasan al-Qur’an: Tafsir Maudhu’i atas Pelbagai Persoalan Umat, Bandung: Mizan, 1996.
Tim Redaksi Kamus Bahasa Indonesia, Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta: Pusat Bahasa, 2008.